A. Menelaah Teks Cerpen berfokus pada Struktur Teks Cerita Pendek
1. Struktur Cerpen
struktur teks cerpen terdiri atas orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, dan resolusi. Diagram berikut ini diharapkan dapat mempermudah pemahaman mengenai struktur teks cerpen.
Orientasi adalah struktur yang berisi pengenalan latar cerita. Bagian ini berkaitan dengan latar tempat, waktu, alur, hingga latar suasana.
Latar digunakan pengarang untuk menghidupkan cerita dan meyakinkan pembaca. Dengan kata lain, latar merupakan sarana pengekspresian watak, baik secara fisik maupun psikis.
Rangkaian peristiwa yaitu kisah berlanjut melalui rangkaian peristiwa tak terduga.
Komplikasi adalah cerita bergerak seputar konflik atau masalah yang memengaruhi latar waktu dan karakter. Tokoh utama mengarah ke solusi.
Resolusi adalah solusi untuk masalah atau tantangan dicapai berhasil. Cara pengarang mengakhiri cerita.
2. Contoh Menelaah Teks Cerpen berfokus pada Struktur Teks Cerpen tentang “kegigihan.”
Gigih adalah modal meraih kesuksesan nilai karakter ini penting agar siswa terbiasa menjalani kesulitan dalam kehidupan nya.
Seperti dalam cerita di bawah ini tentang anak pemulung yang gigih dan menjadi sukses.
Jangan malu Menjadi Orang Miskin
Penggalan Cerpen:
Aku anak seorang pemulung dan pekerja buruh. Ayahku buruh pabrik dan ibuku sering bekerja mengumpuli barang bekas, untuk menambah biaya sekolah dan kehidupan aku dan adik-adikku.
Namun aku bahagia dan selalu bersyukur. Aku memiliki kedua orang tua yang baik dan penyayang.
Struktur cerpen dan alasannya:
Orientasi (Bagian ini menerangkan tentang keadaan tokoh “aku” dan berkaitan dengan latar tempat, waktu, hingga latar suasana. Latar digunakan pengarang untuk menghidupkan cerita dan meyakinkan pembaca).
Penggalan Cerpen:
Banyak anak yang belum tentu seberuntung aku. Tidak punya ayah maupun ibu. Walau aku selalu tidak percaya diri dengan keadaan kami tapi aku tetap berjuang dan belajar sebaik mungkin agar menjadi anak yang membanggakan orang tua.
Dan aku menjual kue di sekolah. Kue apa saja yang dibuat ibu, aku jual di kelas ke teman-temanku. Walau tidak banyak cukup buat di tabung membayar uang sekolah. Kadang pisang goreng, bakwan dan lapis.
Aku tidak malu, aku membawanya dengan plastik besar setiap istirahat aku menawarkannya ke kawan-kawan.
Aku heran melihat teman-teman yang hidup berkecukupan namun tidak mau rajin belajar dan bersyukur.
Ternyata benar kesungguhan dan pantang menyerah membuat siapa saja menjadi bahagia.
Kini aku duduk bangku mahasiswa untuk meneruskan beasiswa aku ke jenjang magister. Penggalan kisah diriku tadi adalah kisah waktu aku duduk di SD.
Walau kini ayahku telah tiada namun semua pengorbanan ayahku tidak akan aku sia-siakan. Kini aku telah bekerja di sebuah perusahaan.
Struktur Cerpen dan alasannya:
Rangkaian peristiwa (berisi kisah berlanjut melalui rangkaian peristiwa tak terduga).
Penggalan Cerpen:
Cukup untuk membiayai ibu dan adik-adikku sekolah. Aku sangat bersyukur karena selama ini banyak kemudahan yang Allah berikan padaku.
Sekali lagi aku ingin katakan jangan malu menjadi orang miskin. Yang malu apabila diri kita tidak mampu menjadi orang yang tidak berguna.
Struktur Cerpen dan alasannya:
Komplikasi (berisi cerita bergerak seputar konflik atau masalah yang memengaruhi latar waktu dan karakter. Tokoh utama mengarah ke solusi).
Penggalan Cerpen:
Walaupun aku telah sukses aku tetap meyakini kalau aku adalah anak miskin seorang pemulung yang tetap bersyukur dan belajar terus menerus agar menjadi orang yang sukses.
Struktur Cerpen dan Alasannya:
solusi (berisi masalah atau tantangan dicapai berhasil. Cara pengarang mengakhiri cerita.
B. Menelaah Teks Cerpen berfokus pada Kebahasaan Cerita Pendek
Kaidah kebahasaan teks cerpen adalah unsur-unsur yang membangun teks tersebut. Beberapa kaidah kebahasaan teks cerpen antara lain ragam Bahasa sehari-hari, kosakata, majas atau gaya bahasa, dan kalimat deskriptif.
1. Ragam bahasa sehari-hari atau bahasa tidak resmi
Cerpen merupakan cerita fiksi bukan karangan ilmiah (nonfiksi) yang harus menggunakan bahasa resmi.
Cerpen mengisahkan kehidupan sehari-hari. Kalimat ujaran langsung yang digunakan sehari-hari membuat cerpen terasa lebih nyata.
Contoh:
Banyak yang tidak suka dengan kami karena kami suka ribut. Tapi kami bukan orang yang suka ngeributin. Ingat kata pak guru, murid yang ribut pasti pintar.!!!! Hehehe lihat ributnya dulu.
Nama temen geng aku: Dery, Eko, Feri, Fey dan Tony. Kami dipertemukan dalam club bola di sekolah. Semua guru pasti senang jika tim kami tampil apalagi teman-teman yang lain.
Meski kami bukan anak pintar dan jenius tapi prinsip kami semua pintar dalam bidang yang berbeda.
2. Kosakata
Seorang penulis cerpen harus mempunyai banyak perbendaharaan kata. Pilihan kata atau diksi sangatlah penting karena menjadi tolak ukur kualitas cerpen yang dihasilkan.
Diksi menambah keserasian antara bahasa dan kosakata yang dipakai dengan pokok isi cerpen yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Contoh:
Kosakata dalam cerpen “Juru Masak”
1. Kenduri: perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, minta berkat, dan sebagainya; selamatan
2. helat: orang yang datang menghadiri suatu pesta perkawinan dan sebagainya; tamu
3. handal (tidak baku. bentuk baku, andal): dapat dipercaya; memberikan hasil yang sama pada ujian atau percobaan yang berulang.
4. empedu: zat yang dihasilkan hati yang berguna untuk mencerna lemak; perkataan atau ucapan yang pedas dan menyakitkan hati (perasaan)
5. rantau: pantai sepanjang teluk (sungai); pesisir (lawan darat); daerah (negeri) di luar daerah (negeri) sendiri atau daerah (negeri) di luar kampung halaman; negeri asing
6. pinang: meminta seorang perempuan (untuk dijadikan istri); melamar
7. honorer: bersifat menerima honorarium (bukan gaji tetap).
8. induk semang: (1) orang perempuan yang mengambil orang lain (bukan keluarga) menjadi karib baiknya; (2) orang yang memberi pekerjaan; majikan; (3) orang yang memegang rumah (mengusahakan, menyelenggarakan) pemondokan.
3. Majas (Gaya Bahasa)
Peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiahnya.
Majas disebut juga bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek danmenimbulkankonotasi tertentu.
Terdapat sekitar enam puluh gaya bahasa, namun Gorys Keraf membaginya menjadi empat kelompok, yaitu majas perbandingan (metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis).
Majas pertentangan (hiperbola, litotes, ironi, satire, paradoks, klimaks, antiklimaks).
Majas pertautan (metonimis, sinekdoke, alusio, eufemisme, ellipsis).
Terakhir majas perulangan (aliterasi, asonansi, antanaklasis, anafora, simploke).
Contoh:
Ketika kemudian dengan keramahan yang tidak dibuat-buat dipersilakannya saya untuk masuk, tanpa ragu-ragu saya memilih langsung menuju amben di seberang ruangan.
Nikmat rasanya duduk di atas balai-balai bambu beralas tikar pandan itu.
Diapun lalu turut duduk, tapi pandangannya justru diarahkan ke luar jendela, pada pohon-pohon cengkeh yang berderet seperti barisan murid kelas kami dahulu saat mengikuti upacara bendera tiap isnin.
Saya paham, kejutan ini pastilah membuat hatinya diliputi keharuan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dia butuh untuk menetralisirnya sebentar.
Saya tersenyum. Hanya sebentar kecanggungan di antara kami sebelum kata-kata obrolan meluncur seperti peluru-peluru yang berebutan keluar dari magasin.
Bertemu dengannya, mau tidak mau mengingatkan kembali pada pengalaman kami dahulu. Pengalaman yang menjadikan dia, walau tidak setiap waktu, selalu lekat diingatan saya.
Tentu dia mengingatnya pula, bahkan saya yakin rasa yang diidapnya lebih besar efeknya. Karena sebagai seorang sahabat, dia jelas jauh lebih tulus dan setia daripada saya.
Kalimat “nikmat rasanya duduk di atas balaibalai..” merupakan penggunaan majas perbandingan. Kata “nikmat” umumnya digunakan untukmenunjukkan cita rasa yang dibandingkan terhadap sesuatu.
Kemudian pada kalimat “pohon-pohon cengkeh yang berderetseperti barisan murid kelas kami,” menggunakan majas personifikasi.
Untuk kalimat “hatinya diliputi keharuan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” menggunakan majas hiperbola.
Kalimat “Dia butuh untuk menetralisirnya sebentar,”kata “menetralisir “ menggunakan kalimat majas personifikasi.
Dan kalimat “kata-kata obrolan meluncur seperti peluru-peluru,”menggunakan majas personifikasi. Sedangkan, kalimat
“Pengalaman yang menjadikan dia, walau tidak setiap waktu, selalu lekat diingatan saya”, menggunakan majas sinekdoke.
Kemudian kalimat “rasa yang diidapnya lebih besar efeknya”, menggunakan majas hiperbola. Kalimat terakhir “dia jelas jauh lebih tulus dan setia daripada saya,” menggunakan majas litotes.
4. Kalimat Deskriptif
Kalimat deskriptif adalah kalimat yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu. Dalam cerpen, kalimat deskriptif digunakan untuk menggambarkan suasana, tempat, tokoh dalam cerita.
Contoh:
Deni duduk termenung di meja belajarnya. Jam dinding menunjuk angka 4. Petang ini, Ia berniat akan belajar semaksimal mungkin.
Karena besok akan diadakan PTS atau penilaian tengah semester akan dilaksanakan serentak.
Deni tampak bingung mau mulai belajar darimana. Langsung saja ia membuka tas dan ternyata ada soal ulangan tahun lalu yang baru saja ia fotokopi tadi siang dari kawan nya.