Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera – Masuknya kerajaan-kerajaan Islam di tanah diperkirakan telah berlangsung sekitar abad ke 13 hingga abad ke 16. Maraknya perdagangan antara pedagang muslim dari berbagai daerah seperti Arab, Maroko, Persia, Tiongkok dan lain-lain menjadikan masyarakat Indonesia saat itu mudah berbaur dengan para pedagang muslim.
Kegiatan perdagangan ini makin membuat agama Islam tersebar dengan pesat hingga ke berbagai daerah seperti Jawa, Maluku, Sulawesi hingga Sumatra. Kehadiran agama Islam di nusantara juga mulai menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat kala itu. Aturan-aturan hidup yang berlandaskan nilai-nilai Islam mulai diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat.
Proses masuknya Islam di Nusantara sebenarnya tidak tersiar secara bersamaan. Tiap daerah memiliki periode yang berbeda-beda saat Islam masuk di wilayahnya. Menurut para sejarawan Islam, Sumatera merupakan tempat yang menjadi awal mula masuknya Islam di nusantara.
Kemudian, masuknya agama Islam ke tanah air pada sekitar abad ke 6 tidak lepas dari pengaruh Syekh Kadir Jailani yang menyiarkan Islam saat itu. Pada periode pertama menyebarkan syiar agama Islam, beliau telah membawa banyak perubahan dan perkembangan di masyarakat nusantara.
Aspek budaya, sosial pemerintahan dan politik juga tersentuh dengan nilai-nilai Islam yang diajarkan. Secara umum, perubahan besar itu terlihat jelas dari berdirinya berbagai kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di nusantara termasuk di wilayah Sumatera.
Kerajaan Jeumpa (777 M)
Kerajaan Jeumpa merupakan salah satu kerajaan Islam di nusantara yang muncul sekitar abad ke 7 M. Adapun pendiri dari kerajaan Jeumpa ini ialah Salman Al Parsi. Kerajaan Jeumpa menjadi tempat penyebaran pertama Islam untuk pertama kalinya di wilayah nusantara kala itu.
Penyebaran agama Islam di Kerajaan Jeumpa kala itu dipengaruhi oleh para pedagang muslim yang berasal dari Persia. Secara perlahan Kerajaan Jeumpa hingga para masyarakat pun memeluk Islam. Sekitar tahun 777 Masehi, kerajaan secara sepenuhnya menjadi kerajaan yang bercorak Islam.
Daerah cakupan Kerajaan Jeumpa mencakup Kabupaten Beureun. Masa keruntuhan Jeumpa terjadi sekitar tahun 880 M. Secara umum kerajaan Jeumpa menjadi kerajaan yang memiliki ramai penduduk. Adapun pusat pemerintahan dari Kerajaan Jeumpa ialah kota pelabuhan.
Kota ini termasuk sebagai tempat persinggahan dan perdagangan strategis di pulau Sumatera. Kerajaan Jeumpa juga masuk dalam jalur perdagangan dan pelayaran yang strategis di wilayah Selat Malaka. Wilayahnya yang strategis tersebut menjadikan masyarakat Kerajaan Jeumpa memilih berdagang.
Kawasan perdagangan Kerajaan Jeumpa terletak di wilayah pesisir utara Pulau Sumatera. Kerajaan Jeumpa juga telah menjalin hubungan kerja sama perdagangan dengan berbagai kerajaan-kerajaan yang ada di seluruh pulau Sumatera.
Selain dengan kerajaan-kerajaan di nusantara, Kerajaan Jeumpa juga telah memiliki kerja sama perdagangan dengan berbagai kerajaan dari wilayah Persia, Arab, India bahkan Tiongkok.
Dalam mempelajari berbagai kerajaan Islam di Nusantara yang ada, buku Mengenal Kerajaan Islam Nusantara hadir untuk memberikan penjelasan sejarah mengenai kerajaan yang ada sebagai wawasan serta karakter sebagai umat Islam.
Kesultanan Peureulak (840-1292)
Kesultanan Perlak merupakan salah satu Kerajaan Islam di wilayah Sumatera. Kesultanan Perlak juga terkenal akan daerahnya yang menghasilkan banyak kayu perlak. Kayu perlak sendiri merupakan jenis kayu yang sangat cocok dalam pembuatan kapal.
Oleh karena itu daerah ini terkenal dengan sebutan Kesultanan Perlak. Karena wilayahnya yang strategis serta memiliki hasil alam yang baik, menjadikan Perlak sebagai kawasan pelabuhan niaga yang berkemang pada abad ke 8 M.
Semakin ramainya transaksi perdagangan yang dilakukan oleh pedagang muslim dari Arab dan Persia menjadikan masyarakat di daerah Perlak semakin dekat dengan Islam. Berbagai perkawinan campur dengan saudagar muslim dan warga setempat juga menjadi faktor utama semakin meluasnya Islam.
Proses awal islamisasi sendiri berkaitan dengan adanya perdagangan serta pembentukan kerajaan dimana kronologi singkatnya dapat kamu temukan pada buku Islam dalam Arus Sejarah Indonesia oleh Jajat Burhanudin yang juga menjelaskan berbagai hal lainnya terkait perkembangan agama Islam di Indonesia.
beli sekarang
Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)
Nama lain dari Kesultanan Samudera Pasai ialah Samudera Darussalam. Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan Islam yang terletak di bagian pesisir pantai utara Sumatera. Lokasinya berada di sekitar kota Loksumawe dan Aceh Utara.
Beberapa bukti sejarah yang mengaitkan keberadaan Kerajaan Samudera Pasai adalah ditemukannya beberapa makam raja serta berbagai penemuan koin berbahan emas dan perak yang berisikan nama-nama raja.
Kesultanan ini didirikan oleh Marah Silu yang memiliki gelar Sultan Malik As-Shaleh pada tahun 1267. Kerajaan Samudera Pasai Runtuh pada tahun 1521 ketika dikalahkan oleh bangsa Portugis.
Kesultanan Lamuri (800-1503)
Kesultanan Lamuri terletak di daerah Aceh Besar yang berpusat di Lam Reh, Kecamatan Masjid Raya. Kesultanan Lamuri merupakan kerajaan yang lebih dulu muncul sebelum berdirinya Aceh Darussalam.
Data mengenai keberadaan Kesultanan Lamuri ini didasarkan pada berita-berita luar yang selalu dikemukakan oleh para pedagang dan pelaut asing dari India, Arab dan China.
Kerajaan Linge (1025-sekarang)
Kerajaan Linge termasuk ke dalam kerajaan kuno yang terletak di Aceh. Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1025 M atau 416 H di mana raja pertamanya ialah Adi Genali.
Adi Genali sendiri memiliki empat orang anak yaitu Empuberu, Sibayak, Linge, Merah Johan dan yang terakhir Merah Linge. Menurut sejarah, Raja Linge I mewariskan sebuah pedang dan sebentuk cincin pertama untuk keturunannya. Pedang dan cicin tersebut berasal dari Mahmud Syah.
Kerajaan Siguntur (1250-sekarang)
Kerajaan Siguntur merupakan kerajaan yang telah berdiri sejak tahun 1250 setelah runtuhnya kerajaan Dharmasraya. Setelah bertahan beberapa periode, Kerajaan Siguntur pun kemudian dikuasai oleh Kerajaan Pagaruyung.
Namun, para ahli waris istana kerajaan masih tetap diberikan gelar sultan. Hingga hari ini ahli waris yang melanjutkan jabatan raja Siguntur ialah Sultan Hendiri. Bahasa yang digunakan di lingkungan Kerajaan Siguntur ialah bahasa Minang dialek Siguntur yang memang memiliki kesamaan dengan dialek Payakumbuh.
Kesultanan Indrapura (1347-Sekarang)
Kerajaan ini adalah sebuah kesultanan yang berlokasi di Pesisir Selatan, Sumatra Barat serta berbatasan dengan Jambi dan Bengkulu. Secara resmi, kerajaan ini pernah menjadi bawahan Kerajaan Pagaruyung akan tetapi pada akhirnya kesultanan ini berdiri sendiri sehingga bisa mengatur sendiri urusan kerajaan tanpa campur tangan kerajaan Pagaruyung.
Kerajaan Pedir (1400-1524)
Kerajaan Pedir merupakan kerajaan kecil yang digambarkan terletak di wilayah dataran rendah. Wilayahnya luas serta subur sehingga para penduduknya hidup dengan makmur. Batas-batas kerajaan ini ialah sebelah timur wilayah kerajaan Samudera Pasai, kemudian bagian barat wilayah kerajaan Aceh Darussalam dan bagian selatan berbatasan dengan pegunungan serta di bagian utara berbatasan dengan Selat Malaka.
Kerajaan Daya (1480-Sekarang)
Dulu wilayah kerajaan ini terdapat hulu sungai Daya. Di tempat ini terdapat sebuah dusun Lhan Na dan dihuni oleh masyarakat yang belum beragama. Tak lama setelah itu masyarakat di sekitar hulu menjadi ramai dan berkembang karena berbagai pendatang menikah dengan penduduk asli hulu. Agama Islam mulai meluas di kerajaan ini setelah orang-orang dari Aceh besar dan Pasai datang ke kerajaan ini.
Kesultanan Aceh (1496-1903)
Kesultanan Aceh Darussalam termasuk juga sebagai kerajaan Islam yang berada di provinsi Aceh. Kesultanan Aceh berlokasi di utara pulau Sumatra yang beribu kotakan Banda Aceh Darussalam.
Adapun sultan pertama dari kerajaan ini Sultan Ali Mughayat. Selama berdirinya kerajaan Aceh, kesultanan ini fokus pada sistem pendidikan militer yang bertujuan untuk menentang imperialism bangsa Eropa.
Dengan adanya sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, kerajaan Aceh menjadi pusat pengkajian ilmu pengetahuan serta menjadi sebuah kerajaan yang memiliki hubungan diplomatik dengan negara lain.
Kerajaan Sungai Pagu (1500-Sekarang)
Kerajaan ini telah ada sejak abad ke 16 di daerah Solok Selatan. Adapun nama lengkap dari kerajaan ini ialah Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu. Kerajaan ini terletak di Pasir Talang dan wilayah Bandar Sepuluh.
Kerajaan ini memiliki wilayah dari Surian hingga rantau XII Koto. Hingga hari ini penerus tahta raja dari Sungai Pagu sedang vakum setelah wafatnya Almarhum Zulkarnain Daulat yang memiliki gelar Baginda Sultan Besar Tuanku Rajo Disambah.
Kerajaan Bungo Setangkai
Kerajaan Bungo Setangkai merupakan kerajaan yang sudah lama berdiri di Minangkabau sebelum berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Kerajaan ini juga merupakan pecahan dari Kerajaan Pasumayan Koto Batu yang berada di Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar saat ini. Kerajaan ini sendiri diprakrasai oleh Datuk Ketumanggungan.
Kesultanan Jambi (1600-Sekarang)
Wiayah Jambi sebelumnya memang merupakan wilayah dari Kerajaan Melayu. Namun, setelah itu menjadi bagian dari wilayah Sriwijaya yang berada di Palembang. Sekitar abad ke 14 M, Jambi merupakan vassal dari kerajaan Majapahit.
Pengaruh Jawa saat itu juga masih sangat kental di dalam kerajaan Jambi yang berlangsung sekitar abad ke 17 dan ke 18. Munculnya kesultanan Jambi bersamaan dengan hadirnya Islam di wilayah tersebut.
Sekitar tahun 1616, Jambi menjadi pelabuhan terkaya setelah Aceh. Kemudian di tahun 1670, kerajaan Jambi mulai bersanding dengan kekuatan Kerajaan Johor dan Palembang. Sayangnya, masa kejayaan Jambi hanya seumur jagung. Di tahun 1680, Jambi telah kehilangan kedudukan sebagai pelabuhan lada utama karena adanya konflik internal dengan Johor.
Kesultanan Asahan (1630-Sekarang)
Kesultanan Asahan terletak di wilayah yang saat ini disebut sebagai kota Tanjung Bali, Kabupaten Asahan. Kerajaan ini telah berdiri sejak tahun 1630. Di tahun 1865 kerajaan Asahan mengalami kemunduran setelah ditaklukkan Belanda.
Di tahun 1946, Kesultanan Asahan masuk menjadi bagian negara Indonesia. Adapun raja pertama di kesultanan Asahan ini ialah Raja Abdul Jalil. Hingga abad ke 19, Asahan tetap berada di bawah Kesultanan Aceh.
Kesultanan Serdang (1723-Sekarang)
Pada tahun 1723 kerajaan Serdang mulai berdiri kemudian di tahun 1946 kerajaan ini pun masuk menjadi bagian dari negara RI. Kesultanan Serdang berpisah dengan Deli di tahun 1720 karena adanya sengketa tahta kerajaan. Kerajaan ini masuk sebagai kerajaan yang makmur karena majunya perkebunan kelapa sawit, tembakau dan karet di wilayahnya. Sayangnya, pada tahun 1865 Serdang ditaklukkan oleh Belanda.
Kesultanan Deli (1632-Sekarang)
Kesultanan Deli masuk sebagai Kesultanan Melayu dan didirikan sejak tahun 1632 oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan. Lokasi kerajaan ini terletak di Tanah Deli atau di kota Medan saat ini. Kesultanan Deli masih ada hingga hari meskipun sudah tak memiliki kekuatan politik lagi setelah terjadinya perang dunia II dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Kesultanan Langkat (1568-Sekarang)
Kesultanan Langkat adalah sebuah kerajaan yang pernah memerintah wilayah kabupaten Langkat yang saat ini dikenal sebagai Sumatera Utara. Kesultanan langkat menjadi makmur setelah dibukanya wilayah perkebunan karet hingga ditemukannya cadangan minyak di wilayah Pangkalan Brandan.
Kesultanan Siak
Kesultanan Siak yang juga dikenal sebagai Kesultanan Siak Sri Indreapura merupakan sebuah kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di wilayah Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kesultanan Siak didirikan di Buantan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung dan bergelar Sultan Abdul Jalil di tahun 1723.
Kesultanan Palembang (1455-Sekarang)
Kesultanan Palembang merupakan sebuah kerajaan bercorak Islam dan berada di kota Palembang, Sumatera Selatan.
Kesultanan ini berada di bawah pimpinan Sri Susuhunan Abdurrahman, yaitu seorang bangsawan Palembang di tahun 1659. Kemudian di tahun 1823 pemerintah Belanda menghapuskan keberadaan Kesultanan Palembang.
Pelajari informasi lain mengenai Kesultanan Palembang pada buku Kesultanan Palembang dalam Pusaran Konflik yang di dalamnya memaparkan secara terperinci peristiwa, tokoh serta latar belakang internal dan juga eksternal.
beli sekarang
Kesultanan Riau Lingga(1824-1911)
Kesultanan Lingga yang bercorak Islam ini didirikan di wilayah Pulau Lingga. Kesultanan ini didirikan pada tahun 1824 yang merupakan pecahan wilayah Kesultanan Johor Riau.
Pendiri dari kerajaan ini ialah Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah. Pusat pemerintahan kesultanan Lingga awalnya terletak di Tanjung Pinang lalu kemudian dipindahkan ke pulau Lingga.
Kesultanan Kota Pinang (1630-1946)
Kesultanan Kota Pinang telah ada sejak tahun 1630 di area yang sekarang telah menjadi Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Kesultanan ini dikuasai oleh Belanda sekitar tahun 1837 dan kemudian masuk menjadi bagian negara Indonesia di tahun 1946.
Kesultanan Pelalawan (1725-1946)
Kesultanan Pelalawan telah ada sejak 1725 M hingga 1946 M. Kerajaan ini berada di wilayah kabupaten Pelalawan. Kerajaan ini pernah menguasai wilayah Melayu yang turut serta dalam pewarisan budaya Melayu dan Islam di wilayah Riau. Sebutan Tengkoe Besar adalah gelar untuk raja Pelalawan kala itu.
Kerajaan Indragiri (1347-1945)
Kerajaan Inderagiri menjadi kerajaan Melayu yang terletak di wilayah Kabupaten Indragilir Provinsi Riau. Sebelumnya, kerajaan ini menjadi bawahan dari Kerajaan Pagaruyung sekaligus kawasan pelabuhan. Setelah itu, Kerajaan Indragiri diperebutkan oleh Kesultanan Jambi, Siak dan Aceh.
Kerajaan Aru (1200-1613)
Kesultanan Aru juga dikenal dengan sebutan Haru yang merupakan kerajaan yang pernah berdiri di wilayah pantai Timur Sumatera Utara Sekarang. Nama kerajaan ini juga disebut-sebut dalam Sumpah Palapa Gadjah Mada.
Kesultanan Barus (1300-1858)
Kerajaan Barus berada di Tapanuli Tengah. Kesultanan ini didirikan oleh Sultan Ibrahimsyah. Kesultnanan ini berakhir masa kejayaannya saat ditaklukkan Belanda di tahun 19 M.
Kerajaan Padang (1630-1946)
Kerajaan Padang masuk sebagai kerajaan Melayu yang bercorak Islam. Lokasi utama kerajaan Padang saat ini ialah di Tebing Tinggi.
Kerajaan Tamiang (1330-1558)
Kerajaan Tamiang juga dikenal dengan sebutan Benua Tunu yang merupakan kerajaan bercorak Islam di Aceh. Wilayah kerajaan ini memiliki perbatasan antara Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.
Kerajaan Tulang Bawang (1500-Sekarang)
Kerajaan Tulang Bawang merupakan sebuah kerajaan yang terletak di Lampung. Kerajaan ini berlokasi di wilayah Kabupaten Talang Bawang, Lampung sekarang. Tidak banyak catatan sejarah mengenai kerajaan ini.
Kepaksian Sekala Brak (1400-Sekarang)
Kerajaan ini merupakan kerajaan yang bercorak Islam dan terletak di wilayah Lampung. Menurut sejarah kedatangan Empat Umpu Ratu dari Pasai membuat kerajaan ini menjadi kerajaan yang bercorak Islam.
Kerajaan Dharmasraya
Nama Dharmasraya berasal dari nama ibu Kota di sebuah Kerajaan Melayu yang berada di Sumatera. Kerajaan ini mengalami masa kemundurannya setelah Kerajaan Sriwijaya di serang oleh Raja Chola dari Koromandel di tahun 1025.
Buku Terkait Kerajaan Islam di Sumatera
Buku Pintar Sejarah Islam
Buku Pintar Sejarah Islam
Beli Buku di Gramedia
Buku ini memaparkan sejarah Islam dan menjelaskannya dari sudut pandang Islam: sejak masa Nabi Muhammad, Khalifah Empat, Dinasti Umayah, Dinasti Abbasiyah, hingga masa kini; sejak muncul di Makkah hingga merekah di penjuru dunia. Tak hanya menyuguhkan catatan manis saat Islam tampil sebagai kekuatan yang mewarnai peradaban dunia, tapi juga saat Islam sebagai kekuatan politik mengalami kemunduran dan paceklik. Bagaimana Islam berkonfrontasi atau berasimilasi secara alami dengan bangsa dan budaya lain.
Lebih dari itu, melalui buku ini, kita tak hanya diajak menengok masa lalu, tapi menjadikan masa lalu sebagai cermin, memilah dan memilih yang relevan untuk menafsirkan masa kini dan untuk menjadi pijakan membangun masa depan. Sebab, sejarah tak hanya memaparkan peristiwa, tapi juga menjejakkan makna. Dikemas dalam deskripsi ringkas, inilah karya yang memudahkan kita mengetahui berbagai peristiwa sejarah dalam Islam dan mengingatnya dengan mudah.
Kronologi Sejarah Islam & Dunia
Kronologi Sejarah Islam & Dunia
Beli Buku di Gramedia
Tidak seperti buku sejarah Islam yang lain, cakupan Kronologi Sejarah Islam jauh lebih luas. Hampir semua entitas dan peristiwa sejarah kaum Muslimin dirangkumnya, termasuk yang paling anyar sekalipun (hingga akhir tahun 2016). Karena terbilang lengkap, buku ini dapat menjadi semacam buku pintar bagi peminat sejarah Islam.
Setiap babnya memaparkan suatu abad secara ringkas, lantas mengurutkan peristiwa bersejarah di dunia Islam pada abad itu secara kronologis, melalui table berkolom tiga : Tahun, Peristiwa Bersejarah, dan Kejadian Lain di Dunia. Di bagian akhir buku ini tersedia pula indeks nama yang semakin memudahkan penelusuran.
Dengan segala kelebihan dan kemudahan tersebut, rupanya inilah buku yang selama ini ditunggu-tunggu para penikmat sejarah Islam secara umum, dan para pengkaji Sejarah Peradaban Islam secara khusus.