- Home>
- seni budaya >
- penulisan naskah lakon
Kabar Harian
Beranda
News
NEWS
Begini Cara Menyusun Naskah Lakon dengan Mudah
Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
6 Desember 2021 17:22
·
waktu baca 3 menit
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi naskah lakon. Foto: Pexels.com
Ilustrasi naskah lakon. Foto: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Penyusunan naskah lakon merupakan penuangan ide cerita ke dalam alur cerita dan susunan lakon. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lakon adalah peristiwa atau karangan yang disampaikan kembali dengan tindakan melalui benda perantara hidup (manusia) atau suatu benda (boneka, wayang) sebagai pemainnya.
ADVERTISEMENT
Penyusunan naskah lakon dibuat berdasarkan apa yang dilihat, dialami, dan dibaca atau diceritakan kepada seseorang oleh orang lain. Lantas, apa saja hal yang perlu disiapkan dalam penyusunan naskah lakon? Untuk memahaminya, simak penjelasan di bawah ini.
Penyusunan Naskah Lakon
Menyadur dari buku Seni Teater Jilid II oleh Eko Santosa, dkk., langkah-langkah di bawah ini dapat dijadikan acuan untuk penyusunan naskah lakon.
1. Menentukan tema
Tema merupakan ide cerita yang akan disampaikan oleh pengarang kepada penonton.
2. Menentukan persoalan
Persoalan atau konflik merupakan inti dari suatu naskah lakon. Titik awal konflik harus diciptakan dan disesuaikan dengan tema yang ditentukan.
3. Membuat sinopsis
Sinopsis adalah ringkasan cerita dari awal hingga akhir. Sinopsis digunakan dalam proses menulis lakon agar alur cerita tidak melebar.
ADVERTISEMENT
4. Menentukan kerangka cerita
Kerangka ini membagi jalan cerita mulai dari pemaparan, konflik, klimaks, hingga penyelesaian. Dengan kerangka cerita penulis akan mempunyai batasan yang jelas, sehingga cerita tidak bertele-tele.
5. Menentukan protagonis
Dengan menentukan tokoh protagonis, maka tokoh lainnya mudah ditemukan. Misalnya, mengenai sifat licik, tokoh protagonis dapat diwujudkan sebagi orang yang rajin dan jujur. Semakin detail sifat atau karakter protagonis, semakin jelas karakter tokoh antagonis.
6. Menentukan cara penyelesaian
Dalam beberapa lakon ada cerita yang diakhiri dengan baik dan ada pula yang diakhiri secara tergesa-gesa. Penonton lebih suka akhir cerita yang mengesankan. Oleh karena itu tentukan akhir cerita dengan baik, logis, dan tidak tergesa-gesa.
7. Menulis
Bila semua hal di atas telah disiapkan, proses berikutnya adalah menulis.
ADVERTISEMENT
Jenis-jenis Lakon
Ilustrasi pementasan seni lakon. Foto: Pexels.com
Berikut adalah jenis lakon yang dikutip dari Seni Teater Jilid II oleh Eko Santosa, dkk.
1. Drama
Drama merupakan salah satu jenis lakon serius yang berisi segala rangkaian peristiwa yang nampak hidup, mengandung emosi, konflik, daya tarik memikat, dan akhir yang mencolok. Contoh lakon-lakon drama adalah Hedda Gabler, Musuh Masyarakat, Boneka Mainan, Tiang-Tiang Masyarakat, dan lainnya.
2. Tragedi
Lakon tragedi menurut Aristoteles adalah lakon yang isinya meniru aksi seorang tokoh besar menggunakan bahasa yang menyenangkan agar para penonton merasa belas kasih dan ngeri. Tokoh dalam lakon tragedi biasanya tokoh terpandang, seperti raja, kesatria, atau tokoh yang memiliki pengaruh di masyarakat.
3. Komedi
Lakon komedi menyajikan kelemahan sifat manusia dengan cara yang lucu, sehingga para penonton lebih menghayati kenyataan hidupnya. Lakon komedi harus mampu membuka mata penonton kepada realita kehidupan sehari-hari yang lebih dalam. Tokoh lakon komedi adalah orang-orang yang lemah, tertindas, bodoh, dan lugu.
ADVERTISEMENT
4. Satir
Lakon satir ini mengemas kebodohan, perlakuan kejam, kelemahan seseorang untuk mengecam, mengejek bahkan menertawakan suatu keadaan dengan maksud membawa sebuah perbaikan. Tujuannya tidak hanya sebagai humor biasa, tetapi bisa sebagai kritik terhadap seseorang atau kelompok masyarakat dengan cara yang cerdik.
5. Melodrama
Lakon ini membahas suka duka kehidupan dengan cara yang menimbulkan rasa haru kepada penonton. Tokoh pada melodrama adalah tokoh biasa dan tidak ternama serta bersifat stereotip. Bila seorang tokoh jahat, seterusnya akan jahat dan tidak ada sisi baiknya.